LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI.docx

LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI MODUL KULIT DAN JARINGAN PENUNJANG Disusun Oleh Kelompok A1 : Andika Indra Purwantoro I11

Views 135 Downloads 11 File size 1MB

Report DMCA / Copyright

DOWNLOAD FILE

Recommend stories

Citation preview

LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI MODUL KULIT DAN JARINGAN PENUNJANG

Disusun Oleh Kelompok A1 :

Andika Indra Purwantoro

I11111061

Noer Kumala Sari

I1011131030

Andreas Theo Yudapratama

I1011131058

Muhammad Afia Akbar P

I1011161005

Dewi Sapitri

I1011161032

Rosy Yohana

I1011161017

Nurani Takwim

I1011161022

Indah Ayu Putri

I1011161046

Musfiroh

I1011161049

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TANJUNGPURA PONTIANAK 2017

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Sistem integumen merupakan penutup pada luar tubuh. Meliputi kulit, tanduk, kuku, rambut, bulu, cakar, sisik, dan lain sebagainya. Kulit merupakan organ yang paling luas permukaannya yang membungkus seluruh bagian luar tubuh sehingga kulit sebagai pelindung tubuh terhadap bahaya bahan kimia. Cahaya matahari mengandung sinar ultraviolet dan melindungi terhadap mikroorganisme serta menjaga keseimbangan tubuh terhadap lingkungan. Kulit merupakan indikator bagi seseorang untuk memperoleh kesan umum dengan melihat perubahan yang terjadi pada kulit. Misalnya menjadi pucat, kekuningkuningan, kemerah-merahan atau suhu kulit meningkat, memperlihatkan adanya kelainan yang terjadi pada tubuh atau gangguan kulit karena penyakit tertentu. Kulit mengandung ujung-ujung saraf sensorik di dermis dan subkutis. Respons terhadap rangsangan panas diperankan oleh dermis, peradaban diperankan oleh papila dermis dan markel renvier, sedangkan tekanan diperankan oleh epidermis. Serabut saraf sensorik lebih banyak jumlahnya di daerah yang bersifat sensitif.1 Kulit merupakan organ tubuh yang paling luas yang berkontribusi terhadap total berat tubuh sebanyak 7%. Keberadaan kulit memegang peranan penting dalam mencegah terjadinya kehilangan cairan yang berlebihan, dan mencegah masuknya agen-agen yang ada di lingkungan seperti bakteri kimia dan radiasi ultraviolet. Kulit juga akan menahan bila terjadi kekuatan-kekuatan mekanik seperti gesekan (friction), getaran (vibration) dan mendeteksi perubahan-perubahan fisik di lingkungan luar sehingga memungkinkan seseorang untuk menghindari stimuli-stimuli yang tidak nyaman. Kulit membangun sebuah barier yang memisahkan organ-organ internal dengan lingkungan luar, dan turut berpartisipasi dalam berbagai fungsi tubuh vital. Kuku tumbuh dari akarnya yang

terletak di bawah lapisan tipis kulit yang dinamakan kutikula. Pertumbuhan kuku berlansung sepanjang hidup dengan pertumbuhan rata-rata 0,1 mm. Pembaruan total kuku jaringan tangan memerlukan waktu sekitar 170 hari. Sedangkan kaki sekitar 12 – 18 bulan. Pada kulit, terdapat kelenjar kulit. Kelenjar kulit terdapat didalam dermis. Kelenjar terdiri dari tiga jenis yaitu, glandula sudorifera (kelenjar keringat), glandula sebasea (kelenjar minyak), dan kelenjar seruminus . Integumen membentuk lapisan terluar pada tubuh terdiri dari kulit dan beberapa derivat terspesialisasi tertentu yaitu antara lain kuku, rambut, dan beberapa jenis kelenjar. Lapisan dermis dibentuk oleh jaringan pengikat kolagen dan jaringan elastis. Sensori aparatus: sentuhan, tekanan, temperatur, nyeri. Terdiri dari dua bagian yaitu pars papilare yaitu bagian yang menonjol ke epidermis, berisi ujung serabut saraf dan pembuluh darah. Pars retikulare yaitu banyak mengandung jaringan ikat, folikel rambut, pembuluh darah, saraf, kolagen. Lapisan subkutis yaitu lapisan kulit yang paling dalam. Pembentukan lemak dan penyimpanan lemak.2 1.2 Tujuan 1.

Membedakan perasaan subjektif panas dan dingin kulit

2.

Menetapkan adanya titik titik panas, dingin, tekan, dan nyeri pada kulit

3.

Memeriksa daya (kemampuan) menentukan tempat rangsangan taktil (lokalisasi taktil) pada kulit

4.

Memeriksa daya membedakan dua titik tekan (diskriminasi taktil) pada perangsangan secara serentak (simultan) dan perangsangan secara berurutan (suksesif) pada kulit

5.

Menentukan adanya perasaan iringan (after image) dan menerangkan mekanisme terjadinya after image

6.

7.

Memeriksa daya membedakan berbagai sifat-sifat benda : a.

kekerasan permukaan

b.

bentuk

c.

bahan pakaian

Memeriksa daya menentukan sikap anggota tubuh

8.

Mengukur waktu reaksi

9.

Menyebutkan faktor-faktor yang menentukan waktu reaksi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kulit Kulit merupakan pembungkus yang elastis yang terletak paling luar yang melindungi tubuh dari pengaruh lingkungan hidup manusia dan merupakan alat tubuh yang terberat dan terluas ukurannya, yaitu kira-kira 15% dari berat tubuh dan luas kulit orang dewasa 1,5 m2. Kulit sangat kompleks, elastis dan sensitif, serta sangat bervariasi pada keadaan iklim, umur, seks, ras, dan juga bergantung pada lokasi tubuh serta memiliki variasi mengenai lembut, tipis, dan tebalnya. Rata-rata tebal kulit 1-2 m. Paling tebal (6 mm) terdapat di telapak tangan dan kaki dan paling tipis (0,5 mm) terdapat di penis. Kulit merupakan organ yang vital dan esensial serta merupakan cermin kesehatan dan kehidupan.3 Kulit terdiri atas Eperdermis yaitu terletak dibagian terluar, Dermis terdapat kelenjar dan saluran keringat, bulbus rambut, folikel rambut dan akar rambut yang terletak dikelenjar sebaseus, dan Subcutaneous ada pembuluh darah, saraf cutaneous dan jaringan otot.4 Salah satu fungsi kulit adalah fungsi persepsi. Kulit mengandung ujung-ujung saraf sensorik di dermis dan subkutis sehingga kulit mampu mengenali rangsangan yang diberikan.Kulit memiliki fungsi sebagai Mekanoreseptor, Thermoreseptor, reseptor nyeri dan Khemoreseptor. Mekanoreseptor berkaitan dengan indra peraba, tekanan, getaran dan kinestesi, Thermoreseptor berkaitan dengan pengindraan yang mendeteksi panas dan dingin, Reseptor nyeri, berkaitan dengan mekanisme protektif bagi kulit. Khemoreseptor, mendeteksi rasa asam, basa, dan garam. Pada Epidermis terdapat Merkel’s disc, yaitu sentuhan oleh orang yang tidak dikenal dan Meisners corpuscle, yaitu sentuhan orang yang dikenal. Sedangkan pada Dermis, terdapat tiga reseptor, yaitu : Reseptor ruffini’s yaitu reseptor panas, Reseptor end Krause, yaitu reseptor untuk mendeteksi dingin dan Reseptor paccini’s corpuscle, untuk mendeteksi tekanan, bisa berupa pijat.5

2.2 Sistem Saraf Pada Kulit Kepekaan kulit yang berambut terhadap stimulus yang besar, sehingga diduga bahwa akhiran syaraf yang mengelilingi foliculus rambut adalah reseptor taktil. Kita dapat membedakan benda – benda tanpa melihat bentuknya. Disini yang berperan adalah reseptor kinaesthesi. Bentuk dan berat benda dapat dibedakan dengan reseptor tekanan yang digeserkan. Pada tempat di mana tidak ada rambut, tetapi dengan kepekaan yang besar terdapat stimulus taktil, ternyata banyak corpuscullum tactus. Perasaan taktil dapat dibedakan menjadi perasaan taktil kasar dan perasaan taktil halus. Impuls taktil kasar dihantarkan oleh tractus spinothalamicus anterior, sedangkan impuls taktil halus dihantarkan melalui faciculus gracilis dan faciculus cunneatus.6 Fungsi sistem saraf adalah: 1. Pusat koordinasi segala aktivitas tubuh 2. Pusat kesabaran, memory, dan intelegensi. 3. Pusat highermental process (Reasoning, thinking, dan judgement). Salah satu fungsi kulit adalah fungsi persepsi. Kulit mengandung ujungujung saraf sensorik di dermis dan subkutis sehingga kulit mampu mengenali rangsangan yang diberikan. Rangsangan panas diperankan oleh badan ruffini di dermis dan subkutis, rangsangan dingin diperankan oleh badan krause yang terletak di dermis, rangsangan rabaan diperankan oleh badan meissner yang terletak di papila dermis, dan rangsangan tekanan diperankan oleh badan paccini di epidermis.3 a. Korpuskula Pacini: tekanan. Korpuskula Pacini (vater pacini) ditemukan di jaringan subkutan pada telapak tangan, telapak kaki, jari, puting, periosteum, mesenterium, tendo, ligamen dan genetalia eksterna. Bentuknya bundar atau lonjong, dan besar (panjang 2 mm, dan diameter 0,5 – 1 mm). Bentuk yang paling besar dapat dilihat dengan mata telanjang, karena bentuknya mirip bawang. Setiap korpuskulus disuplai oleh sebuah serat bermielin yang besar dan juga telah kehilangan sarung sel schwannya pada tepi

korpuskulus. Akson saraf banyak mengandung mitokondria. Akson ini dikelilingi oleh 60 lamela yang tersusun rapat (terdiri dari sel gepeng). Sel gepeng ini tersusun bilateral dengan dua alur longitudinal pada sisinya. Korpuskulus ini berfungsi untuk menerima rangsangan tekanan yang dalam. b. Korpuskula Ruffini: panas. Korpuskulus ini ditemukan pada jaringan ikat termasuk dermis dan kapsula sendi. Mempunyai sebuah kapsula jaringan ikat tipis yang mengandung ujung akhir saraf yang menggelembung. Korpuskulus ini merupakan mekanoreseptor, karena mirip dengan organ tendo golgi. Korpuskulus ini terdiri dari berkas kecil serat tendo (fasikuli intrafusal) yang terbungkus dalam kapsula berlamela. Akhir saraf tak bermielin yang bebas, bercabang disekitar berkas tendonya. Korpuskulus ini terangsang oleh regangan atau kontraksi otot yang bersangkutan juga untuk menerima rangsangan panas. c. Korpuskula Krause: dingin. Korpuskulus gelembung (krause) ditemukan di daerah mukokutis (bibir dan genetalia eksterna), pada dermis dan berhubungan dengan rambut. Korpuskel ini berbentuk bundar (sferis) dengan diameter sekitar 50 mikron. Mempunyai sebuah kapsula tebal yang menyatu dengan endoneurium. Di dalam korpuskulus, serat bermielin kehilangan mielin dan cabangnya tetapi tetap diselubungi dengan sel schwann. Seratnya mungkin bercabang atau berjalan spiral dan berakhir sebagai akhir saraf yang menggelembung sebagai gada. Korpuskel ini jumlahnya semakin berkurang dengan bertambahnya usia. Korpuskel ini berguna sebagai mekanoreseptor yang peka terhadap dingin. d. Korpuskula Meissner: sentuhan. Korpuskulus peraba (Meissner) terletak pada papila dermis, khususnya pada ujung jari, bibir, puting dan genetalia. Bentuknya silindris, sumbu panjangnya tagak lurus permukaan kulit dan berukuran sekitar 80 mikron dan lebarnya sekitar 40 mikron. Sebuah kapsul jaringan ikat tipis menyatu dengan perinerium saraf yang menyuplai setiap

korpuskel. Pada bagian tengah korpuskel terdapat setumpuk sel gepeng yang tersusun transversal. Beberapa sel saraf menyuplai setiap korpuskel dan serat saraf ini mempunyai banyak cabang mulai dari yang mengandung mielin maupun yang tak mangandung mielin. Korpuskulus ini peka terhadap sentuhan dan memungkinkan diskriminasi/ pembedaan dua titik (mampu membedakan rangsang dua titik yang letaknya berdekatan). e. Korpuskula ujung saraf terbuka: rasa nyeri. Serat saraf sensorik aferen berakhir sebagai ujung akhir saraf bebas padabanyak jaringan tubuh dan merupakan reseptor sensorik utama dalam kulit.Serat akhir saraf bebas ini merupakan serat saraf yang tak bermielin, atau seratsaraf bermielin berdiameter kecil, yang semua telah kehilangan pembungkusnya sebelum berakhir, dilanjutkan serat saraf terbuka yang berjalan di antara sel epidermis. Sebuah serat saraf seringkali bercabangcabang banyak dan mungkin berjalan ke permukaan, sehingga hampir mencapai stratum korneum. Serat yang berbeda mungkin menerima perasaan raba, nyeri dan suhu. Sehubungan dengan folikel rambut, banyak cabang serat saraf yang berjalan longitudinal dan melingkari folikel rambut dalam dermis. Beberapa saraf berhubungan dengan jaringan epitel khusus. Pada epidermisberhubungan dengan sel folikel rambut dan mukosa oral, akhir sarafmembentuk badan akhir seperti lempengan (diskus atau korpuskel merkel).Badan ini merupakan sel yang berwarna gelap dengan banyak juluransitoplasma.

Seperti

mekanoreseptor

badan

ini

mendeteksi

pergerakan antarakeratinosit dan kemungkinan juga gerakan epidermis sehubungan denganjaringan ikat di bawahnya. Telah dibuktikan bahwa beberapa diskus merkelmerespon rangsangan getaran dan juga reseptor terhadap dingin.3

BAB III METODOLOGI

3.1 Alat dan Bahan a) Tiga waskom dengan air bersuhu 20°C, 30°C, 40°C b) Gelas beker dan termometer kimia c) Es Batu d) Alkohol atau eter e) Kerucut kuningan + bejana berisi kikiran kuningan + estesiometer rambut Frey + jarum f) Penggaris - Jangka + berbagai jenis ampelas + 10 benda-benda kecil + bahan pakaian

3.2 Langkah kerja A. Perasaan Subjektif Panas dan Dingin 1. Sediakan 3 waskom yang masing-masing berisi air dengan suhu kirakira 20oC, 30oC dan 40oC. 2. Minta orang percobaan (OP) untuk memasukkan tangan kanannya ke dalam air bersuhu 20oC dan tangan kirinya ke dalam air bersuhu 40oC selama kurang lebih 2 menit. Catat kesan apa yang dialami OP. 3. Kemudian minta OP untuk segera memasukkan kedua tangan itu serentak ke dalam air yang bersuhu 30oC. Catat kesan apa yang dialami OP. P.1 Apakah ada perbedaan perasaan subjektif antara kedua tangan tersebut? Apa sebabnya? 4. Tiup perlahan-lahan kulit punggung tangan OP yang kering dari jarak kurang lebih 10 cm. 5. Kemudian basahi kulit punggung tangan OP dengan air dan tiup sekali lagi dengan kecepatan seperti di atas. Bandingkan kesan yang dialami OP pada hasil tiupan pada langkah (4) dan (5). P.2. Apakah ada perbedaan antara ketiga hasil pada langkah 4,5? Apa sebabnya?

B. Titik-titik panas, dingin, tekanan dan nyeri di kulit 1. Minta OP untuk meletakkan punggung tangan kanannya di atas sehelai kertas dan tarik garis pinggir tangan dan jari-jari sehingga terdapat gambar tangan 2. Pilih dan gambarkan di telapak tangan OP suatu daerah seluas 3x3 cm, dan gambarkan pula daerah itu di gambar tangan pada kertas 3. Tutup mata OP dan letakkan punggung tangan kanannya santai di meja 4. Selidikah secara teratur menurut garis-garis sejajar titik-titik yang memberikan kesan panas yang jelas pada telapak tangan tersebut dengan menggunakan kerucut kuningan yang telah di panasi. Cara memanasi kerucut kuningan yaitu dengan menempatkannya dalam bejana berisi kikiran kuningan yang direndam air panas bersuhu 50°C. Tandai titk-titik panas yang diperoleh dengan tinta. 5. Ulangi penyelidikan yang serupa pada no. 4 dengan kerucut kuningan yang telah didinginkan. Cara mendinginkan kerucut kuningan yaitu dengan menempatkannya dalam bejana berisi kikiran kuningan yang direndam dalam air es. Tandai titik-titik dingin yang diperoleh dengan tinta. 6. Selidiki pula menurut cara di atas titik-titik yang memberikan kesan tekan dengan menggunakan estesiometer rambut frey dan titik-titik yang memberkikan kesan nyeri dengan jarum. 7. Gambarkan dengan simbol yang berbeda semua titik yang diperoleh pada lukisan tangan di kertas. P.3. menurut teori, kesan apakah yang diperoleh bila titik dingin dirangsang oleh benda panas? Bagaimana keterangannya?

C. Lokalisasi taktil 1. Tutup mata OP dan tekankan ujung pensil pada suatu titik di kulit ujung jari 2. Kemudian perintahkan OP untuk melokalisasikan tempat yang baru dirangsang tadi dengan ujung pensil pula 3. Tetapkan jarak antara titik rangsang dan titik yang ditunjuk 4. Ulangi percobaan ini sampai 5 kali dan tentukan jarak rata-rata untuk kulit ujung jari, telapak tangan, lengan bawah, lengan atas, dan tengkuk. P.4 Apakah kemampuan loalisasi taktil seseorang sama besarnya untuk seluruh bagian tubuh? P.5. apakah istilah kemampuan seseorang untuk menentukan tempat rangsang taktil? D. Diskriminasi Taktil 1. Tentukan secara kasar ambang membedakan dua titik ujung jari dengan menempatkan kedua ujung sebuah jangka secara serentak (simultan) pada kulit ujung jari. 2. Dekatkan kedua ujung jangka itu sampai di bawah ambang dan kemudian jauhkan berangsur-angsur sehingga kedua ujung jangka itu tepat dapat di bedakan sebagai 2 titik. P.6 bagaimana caranya saudara mengetahui bahwa jarak antar kedua ujung jangka dibawah ambang diskriminasi taktil? 3. Ulangi percobaan ini dari suatu jarak permulaan di atas ambang. 4. Ambil angka ambang terkecil sebagai ambang diskriminasi taktil tempat itu. 5. Ulangi percobaan di atas sekali lagi, tetapi sekarang dengan menempatkan kedua ujung jangka secara berturut-turut (suksesif). 6. Tentukan dengan cara yang sama (simultan dan suksesif) ambang membedakan dua titik ujung jari, tengkuk dan pipi. 7. Berikan sekarang jarak kedua ujung jangka yang sebesar-besarnya yang masih dirasakan oleh kulit pipi depan telinga sebagai satu titik. Dengan jarak ini, gerakkan jangka itu dengan ujungnya pada kulit ke

arah pipi muka, bibir atas dan bibir bawah. Arah gerakan harus tegak lurus terhadap garis yang menghubungkan kedua ujung jangka. 8. Catat apa yang saudara alami. E. Perasaan Iringan 1. Letakan sebuah pensil antara kepala dan daun telinga dan biarkan di tempat itu selama saudara melakukan percobaan F. 2. Setelah selesai dengan percobaan F, angkatlah pensil dari telinga OP dan catatlah apa yang dirasakan OP setelah pensil itu dilepaskan. P.7 bagaimana mekanisme terjadinya perasaan iringan? F. Membedakan Sifat Benda 1. Kekasaran Permukaan Benda -

Dengan mata tertutup perintahkan OP untuk meraba-raba permukaan ampelas yang mempunyai derajat kekasaran yang berbeda-beda

-

Perhatikan kemampuan OP untuk membedakan derajat kekasaran ampelas

2. Bentuk Benda -

Dengan mata tertutup perintahkan OP untuk memegangmemegang benda kecil yang saudara berikan

-

Perintahkan OP untuk menyebutkan nama/bentuk benda-benda itu

3. Bahan Pakaian -

Dengan mata tertutup perintahkan OP untuk meraba-raba berbagai jenis bahan pakaian yang saudara berikan

-

Perintahkan OP untuk menyebutkan jenis/alat bahan pakaian yang dirabanya.

P.8 apa nama kelainan neurologis yang diderita orang yang membuat kesalahan dalam membedakan sifat permukaan) benda?

(ukuran, bentuk,

berat,

G. Tafsiran Sikap 1. Perintahkan orang percobaan duduk dan menutup mata. 2. Pegang dan gerakkan secara pasif lengan bawah orang percobaan ke dekat kepalanya, ke dekat dadanya, ke dekat lututnya dan akhirnya gantungkan di sisi badannya. 3. Tanyakan setiap kali sikap dan lokasi lengan orang percobaan. 4. Suruh orang percobaan dengan telunjuknya menyentuh telinga, hidung dan dahinya dengan perlahan-lahan setelah setiap kali mengangkat lurus lengannya. Perhatikan apakah ada kesalahan. P.9 Apa nama kelainan neurologis yang diderita orang yang membuat kesalahan dalam melokalisasi tempat-tempat yang diminta?

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Tabel Hasil Pembahasan 4.1.1 Perasaan Subjektif Panas dan Dingin No. Kondisi Suhu

Tangan Kanan

Tangan Kiri

1

20oC

-

Dingin

2

40oC

Hangat

-

3

30oC

Dingin

Hangat

4

Setelah ditiup punggung Dingin

Hangat

tangan yang kering 5

Punggung tangan di beri Dingin

Hangat

air dan kemudian ditiup

4.1.2 Titik-Titik Panas, Dingin, Nyeri, Tekan (Terlampir di laporan sementara) 4.1.3 Lokalisasi Taktil Lokalisasi

I

II

III

IV

V

A

TR

TT

TR

TT

TR

TT

TR

TT

TR

TT

Ujung

1

1

1

1

1

1

1

1

1

1

0

Jari

cm

cm

cm

cm

cm

cm

cm

cm

cm

cm

cm

Telapak

2

2

2

2

4.5

4.5

8

8

8

8

0

Tangan

cm

cm

cm

cm

cm

cm

cm

cm

cm

cm

cm

Lengan

3

3

6

6

10

10

13

13

15

15

0

Bawah

cm

cm

cm

cm

cm

cm

cm

cm

cm

cm

cm

Lengan

3

3

4

4

7

10

10

11

12

14

1.2

Atas

cm

cm

cm

cm

cm

cm

cm

cm

cm

cm

cm

1

1

2

3

4

4

8

8

5

5

0.2

cm

cm

cm

cm

cm

cm

cm

cm

cm

cm

cm

Tengkuk

Keterangan: TR = Titik rangsang dihitung dari ujung posterior, satuan cm

TT = Titik yang ditunjuk, satuan cm A = Jarak rata-rata (beda titik rangsang dengan titik tunjuk), satuan cm

4.1.4 Diskriminasi Taktil Daerah

I

II

III

IV

V

Nilai terkecil/ ambang kecil

Ujung

Tengah

Jempol

Manis

Kelingking Telunjuk

jari

0,3 cm

0,5 cm

0,3 cm

0,2 cm

0,3 cm

Tengkuk Tengah

Kanan

Atas

Bawah

Kiri tepi

tepi

tengah

tengah

0,4 cm

0,4 cm

0,5 cm

0,7 cm

Tengah

Tengah

Tepi

Tepi atas

bawah

atas

bawah

0,3 cm

0,5 cm

0,5 cm

0,5 cm

Kanan

Kiri

Kanan

Kiri

0,5 cm

0,5 cm

0,2 cm

0,2 cm

0,7 cm

Lidah

Bibir

0,2 cm

0,4 cm

0,3 cm

0,2 cm

4.1.5 Perasaan Iringan (After Image) Kondisi

Perasaan iringan

Setelah diletakkan

Merasa ada benda yang diletakkan

Setelah dilepaskan

Merasa ada benda, tapi lama-lama merasa tidak ada.

4.1.6 Kemampuan Membedakan Berbagai Sifat Benda A.

Kekasaran permukaan benda Kondisi Benda

Hasil Rabaan Permukaan

Amplas sangat kasar

Sangat kasar

Amplas kasar

Kasar

Amplas halus sedang

Kurang kasar

Amplas halus

Halus

B.

Kekasaran permukaan benda Probandus menyebut dengan

Benda kecil

C.

Benar

Kawat



Jarum pentul



Kayu penjepit



Kipas



Tidak

Bahan pakaian Probandus menyebut dengan

Bahan

Benar

Katun berbulu



Kain flannel



Kaos



Tidak

4.1.7 Tafsiran Sikap Arah/Sikap Tangan

Probandus menyebutkan dengan Benar

Dekat kepala



Dekat dada



Dekat lutut



Digantungkan



Arah/Sikap Tangan

Probandus menyebutkan dengan Benar

Dekat kepala



Dekat dada



Dekat lutut



Digantungkan



4.2 Pembahasan

Tidak

Tidak

4.2.1 Perasaan Subjektif Panas dan Dingin Dalam praktikum ini,

ditunjukkan perbedaan suhu secara

bersamaan pada tangan yang berbeda dan disertai dengan peningkatan serta penurunan kalor. Hal tersebut ditunjukkan pada saat kedua tangan dicelupkan pada baskom bersuhu 30°C. Thermoreseptor menanggapi dengan cepat saat menerima suhu berbeda, sehingga akan dirasakan pada tangan disuhu 20°C berubah menjadi lebih panas dan tangan disuhu 40°C menjadi lebih dingin. Dapat disimpulkan bahwa terjadi adaptasi pada Thermoreseptor dan tubuh berusaha menyeimbangkan suhu berbeda tersebut secara bertahap. ketika tangan kering yang ditiup dengan pelan terasa sejuk, kemudian

dioleskan

dengan

dengan

air

terasa

lebih

dingin

dibandingkan kulit kering yang ditiup. Kemudian, rasa kejut sesaat yang dialami oleh OP disebabkan reaksi Nociceptor yang menanggapi suhu terlalu tinggi ataupun suhu terlalu rendah sebagai sensasi nyeri, akibat perubahan suhu secara cepat, nociceptor merasakan adanya sensasi yang lebih dingin dibanding bahan uji coba yang lain.

1. Apakah ada perbedaan perasaan subjektif antara kedua tangan tersebut? Apa sebabnya? Ya, tangan yang dulunya berada pada suhu 40oC akan terasa lebih sejuk dan pada tangan yang sebelumnya direndam air 20oC akan terasa lebih hangat saat direndam dalam air bersuhu 30oC. Hal ini disebabkan karena indra kita yaitu kulit akan beradaptasi terhadap suhu lingkungannya sehingga tangan yang sebelumnya berada di air 40oC menganggap bahwa suhu tersebut merupakan suhu normal bagi kulit tangan tersebut sehingga jika dicelupkan pada suhu yang lebih rendah, tangan tersebut akan menjadi lebih dingin, begitu pula sebaliknya. Hal ini juga berhubungan dengan pergerakan kalor dimana tangan yang sebelumnya berada di air 40oC akan menerima kalor sehingga akan menjadi lebih hangat dan saat dicelup ke air bersuhu 30oC terjadi aliran

kalor dari tangan yang lebih tinggi ke air tersebut sehingga tangan terasa lebih dingin, begitu juga sebaliknya.

2. Apakah ada perbedaan antara ketiga hasil tindakan pada sub 4, 5, dan 6? Apa sebabnya? Perasaan ketika punggung tangan yang kering ditiup setelah direndam air 30oC adalah sama dengan ketika berada dalam air 30oC tetapi terasa sedikit lebih hangat. Hal ini dikarenakan oleh udara ekshalasi yang lebih hangat dibandingkan suhu air 30oC yang disebabkan oleh penghangatan udara di sistem respirasi seperti di hidung oleh pembuluh kapiler.7 Prinsip perasaan suhunya sama seperti pada tangan yang dicelup air di pembahasan pertama. Sedangkan ketika punggung tangan tersebut diberi air dan diitiup maka terasa lebih dingin dari yang sebelum diberi air. Hal ini disebabkan karena air tersebut memiliki suhu yang lebih rendah dari tangan yang ketika ditiup, udara ekshalasi akan tetap lebih rendah dari suhu tangan saat itu dimana udara tersebut dibatasi oleh air. Hal ini menyebabkan tangan akan terkena oleh lingkungan yang bersuhu lebih rendah dari objek tangan itu sendiri sehingga tangan akan terasa lebih dingin, dengan catatan, tangan yang sebelumnya berada pada suhu 40oC akan lebih dingin dibading dengan yang sebelumnya di air bersuhu 20oC.

4.2.2 Titik-Titik Panas, Dingin, Nyeri, Tekan Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan dapat diketahui bahwa telapak tangan dapat merasakan ransangan panas, dingin, tekan dan nyeri. Hal ini dapat terjadi karena pada tangan terutama pada bagian telapak tangan terdapat reseptor-reseptor tersebut dengan ujung saraf bebas. Reseptor – reseptor ini terletak pada titik – titik yang berbeda dan terpisah, selain itu reseptor – reseptor ini hanya bekerja sesuai dengan fungsinya. Sama halnya dengan percobaan I bahwa rangsang panas hanya akan dirasakan oleh reseptor panas saja, yaitu ujung ruffini, rangsang dingin oleh badan Krause, rangsang tekan atau

taktil oleh badan paccini dan rangsang nyeri oleh ujung – ujung saraf yang tak bermielin. Kulit merupakan indera somatic yang dapat diklasifikasikan menjadi tiga tipe fisiologis yaitu: 1.

Indera somatic mekanoreseptif, yang meliputi sensasi taktil dan posisi yang dapat dirangsang oleh pemindahan secara mekanis beberapa jaringan tubuh

2.

Indera termoreseptif, yang berguna untuk mengetahui panas dingin

3.

Indera rasa nyeri (nosiseptor) , yang dapat diaktifkan oleh setiap factor yang merusak jaringan. Terdapat

tiga

jenis

reseptor

sensorik

pada

kulit,

yaitu

mekanoreseptor pada epidermis dan dermisnya (ujung saraf bebas, diskus Merkel, badan Meissner, badan Krausse, ujung Ruffini, dan badan Paccini); thermoreseptor dapat merasakan ransangan dingin dan hangat, begitu juga nosiseptor yang merupakan reseptor sensorik rasa sakit. Adapun reseptor yang ada pada kulit : Ujung Ruffini : untuk mendeteksi panas. Badan Krausse : untuk mendeteksi dingin. Badan Meissner dan Diskus Merkel : untuk mendeteksi sentuhan raba. BadanPaccini’s : untuk mendeteksi tekanan. Ujung Bebas/Free Nerve Ending: untuk mendeteksi rasa sakit, jangkauannya lebih luas dibandingkan reseptor lain karena tersebar di seluruh permukaan kulit . Jadi apabila titik dingin dirangsang oleh rasa panas maka kesan yang timbul seharusnya adalah rasa dingin pula karena masing-masing rangsang memiliki reseptornya sendiri.

3. Menurut teori, kesan apakah yang diperoleh bila titik dingin dirangsang oleh benda panas? Bagaimana keterangannya? Seharusnya apabila titik dingin dirangsang oleh panas akan terasa dingin pula begitu pun sebaliknya apabila titik panas dirangsang titik dingin akan terasa panas. Karena titik-titik rangsang nyeri, panas, dingin, ataupun tekan itu terdapat pada titik-titik tertentu. Pada saat

percobaan ketika telapak tangan diberi rangsang panas dan dingin di titik yang sama maka akan terasa kedua-duanya ataupun adanya sensasi bingung itu bisa dikarenakan kita sulit membedakan mana yang panas dan yang dingin sehingga timbullah sensasi bingung. Reseptor nyeri, panas, tekan, dan dingin apabila dirangsang oleh rangsangan apapun akan terasa sama seperti tempat reseptor itu berada. Tidak akan pernah reseptor dingin dirangsang panas akan menjadi dingin, reseptor dingin akan tetap dingin bila diberi rangsang apapun. Jadi,

pada intinya apabila reseptor diberi

reseptornyalah

yang

akan

bekerja/memberi

rangsangan, maka respon

(tergantung

reseptor). 4.2.3 Lokalisasi Taktil Reseptor

taktil

adalah

mekanoreseptor.

Mekanoreseptor

berespons terhadap perubahan bentuk dan penekanan fisik dengan mengalami depolarisasi dan menghasilkan potensial aksi. Apabila depolarisasinya cukup besar, maka serat saraf yang melekat ke reseptor akan melepaskan potensial aksi dan menyalurkan informasi ke korda spinalis dan otak. Reseptor taktil yang berbeda memiliki kepekaan dan kecepatan mengirim impuls yang berbeda pula. Dikriminasi titik adalah kemampuan membedakan rangsangan kulit oleh satu ujung benda dari dua ujung disebut diskriminasi dua titik. Berbagai daerah tubuh bervariasi dalam kemampuan membedakan dua titik pada tingkat derajat pemisahan bervariasi. Normalnya dua titik terpisah 2– 4 mm dpt dibedakan pada ujung jari tangan, 30-40mm dpt dibedakan pada dorsum pedis. Tes dapat menggunakan kompas, jepitan rambut.6 Sensasi taktil yang terdiri dari raba, tekanan dan getaran sering di golongkan sebagai sensasi terpisah, mereka semua dideteksi oleh jenis reseptor yang sama. Satu – satunya perbedaan diantara ketiganya adalah: 1.

Sensasi raba, umumnya disebabkan oleh reseptor taktil di dalam kulit atau di dalam jaringan tepat dibawah kulit.

2.

Sensasi tekanan biasanya disebabkan oleh perubahan bentuk jaringan yang lebih dalam.

3.

Sensasi getaran, disebabkan oleh sinyal sensori yang berulang dengan cepat, tetapi menggunakan beberapa jenis reseptor yang sama seperti yang digunakan untuk raba dan tekanan.

Sensasi taktil dibawa ke korda spinalis oleh satu dari tiga jenis neuron sensorik: serat tipe A beta yang besar, serat tipe A delta yang kecil, dan serat tipe C yang paling kecil. Kedua jenis serat tipe A mengandung mielin dan menyalurkan potensial aksi dengna sangat cepat; semakin besar serat semakin cepat transmisinya dibanding serat yang lebih kecil. Informasi taktil yang dibawa dalam serat A biasanya terlokalisasi baik. Serat C yang tidak mengandung mielin dan menyalurkan potensial aksi ke korda spinalis jauh lebih lambat daripada serat A.6 Hampir semua informasi mengenai sentuhan, tekanan, dan getaran masuk ke korda spinalis melalui akar dorsal saraf spinal yang sesuai. Setelah bersinaps di spinal, informasi dengan lokalisasi dibawa oleh serat-serat A yang melepaskan potensial aksi dengan cepat (beta dan delta) di kirim ke otak melalui sistem lemniskus kolumna dorsalis. Serat-serat saraf dalam sisitem ini menyeberang dari kiri ke kanan di batang otak sebellum bersinaps di talamus. Informasi mengenai suhu dan sentuhan yang lokalisasi kurang baik di bawa ke korda spinalis melalui serat-serat C yang melepaskan potensial aksi secara lambat. Info tersebut dikirim ke daerah retikularis di batang otak dan kemudian ke pusat-pusat yang lebih tinggi melalui serat di sistem anterolateral.6 Dalam praktikum ketiga dilakukan lokalisasi taktil, dimana OP harus

menunjukkan

daerah

yang

ditekan

dengan

pensil.

Mekanoreseptor, mengambil peran untuk merespon tekanan, getaran, kinestesi, dan berkaitan dengan indra peraba. Dari tabel pada bagian hasil, Lokalisasi taktil di tiap bagian tubuh berbeda, dan paling sulit

melokalisasi di lengan bawah dapat terlihat di hasil percobaan dimana jarak perangsangan dan lokalisasi nya berbeda cukup jauh. Jika kurang dari 5 cm maka hasilnya adalah baik, dan jika lebih dari 5 cm maka hasilnya adalah tidak baik pada syaraf perabanya. Hal ini,

menunjukkan

pengaruh

waktu

rangsangan

dan

proses

penyebarannya ke reseptor sekitar akibat luasan lokasi rangsangan.

4. Apakah kemampuan lokasi taktil seseorang sama besarnya untuk seluruh bagian tubuh? Berbeda.

Karena

Reseptor

taktil

adalah

mekanoreseptor.

Mekanoreseptor berespons terhadap perubahan bentuk dan penekanan fisik dengan mengalami depolarisasi dan menghasilkan potensial aksi. Apabila depolarisasinya cukup besar, maka serat saraf yang melekat ke reseptor akan melepaskan potensial aksi dan menyalurkan informasi ke korda spinalis dan otak. Reseptor taktil yang berbeda memiliki kepekaan dan kecepatan mengirim impuls yang berbeda pula. Semakin distal bagian tubuh maka akan semakin sensitif dalam melokalisasi taktil. Contoh: ujung jari dan bibir lebih sensitif karena reseptornya lebih rapat.

4.2.4 Diskriminasi Taktil Kemampuan panca indra untuk membedakan keberadaan 2 titik yang mendapat rangsangan sangat dipengaruhi oleh mekanisme inhibisi lateral yang meningkatkan derajat kontras pada pola spasial yang disadari.Setiap jaras sensorik bila dirangsang, secara simultan akan menghasilkan sinyal inhibitorik lateral; sinyal ini menyebar ke sisi sinyal eksitatorik dan menghambat neuron yang berdekatan. Sebagai contoh, ingat lah neuron yang dirangsang di nukleus kolumna dorsalis. Selain dari pusat sinyal eksitatorik, jaras lateral pendek juga menjalarkan sinyal inhibitorik ke neuron di sekitarnya. Jadi, sinyal ini

lewat melelui interneuron tambahan yang mensekresi transmitter inhibitorik. Pentingnya inhibisi lateral adalah bahwa inhibisi ini menghambat penyebaran sinyal eksitatorik ke lateral sehingga meningkatkan derajat kontras dalam pola sensorik yang dirasakan di korteks serebralis. Dalam praktikum ini, diskriminasi taktil agak sedikit berbeda dari praktikum lokalisasi taktil karena memakai dua titik yang terkadang akan menyebabkan kesulitan dalam pembedaanya. Hal tersebut disebabkan karena berbagai daerah tubuh bervariasi dalam kemampuan membedakan dua titik pada tingkat derajat pemisahan bervariasi. Normalnya dua titik terpisah 2– 4 mm dapat dibedakan pada ujung jari tangan, 30-40 mm dapat dibedakan pada dorsum pedis.6 Berdasarkan literatur, disimpulkan bahwa lokalisasi dua titik lebih peka pada bagian yang menonjol, seperti bibir, hidung, mata, ujung jari dan telinga. Selain itu, Waktu juga mempengaruhi sehingga ada penyebaran sensasi. 6. Apa artinya bila perangsangan oleh kedua ujung jangka memberi kesan sebagai satu titik rangsang? Kemampuan panca indra untuk membedakan keberadaan 2 titik yang mendapat rangsangan sangat dipengaruhi oleh mekanisme inhibisi lateral yang meningkatkan derajat kontras pada pola spasial yang disadari. Setiap jaras sensorik bila dirangsang, secara simultan akan menghasilkan sinyal inhibitorik lateral; sinyal ini menyebar ke sisi sinyal eksitatorik dan menghambat neuron yang berdekatan. Sebagai contoh, ingat lah neuron yang dirangsang di nucleus kolumna dorsalis. Selain dari pusat sinyal eksitatorik, jaras lateral pendek juga menjalarkan sinyal inhibitorik ke neuron di sekitarnya. Jadi, sinyal ini lewat melelui interneuron tambahan yang menyekresi transmitter inhibitorik. Pentingnya inhibisi lateral adalah bahwa inhibisi ini menghambat penyebaran sinyal eksitatorik ke lateral sehingga meningkatkan derajat kontras dalam pola sensorik yang dirasakan di korteks serebralis.

Jadi pada bibir dan lidah lebih sensitif dibandingkan dengan organorgan lain seperti pipi, tengkuk, dll.

4.2.5 Perasaan Iringan (After Image) Percobaan ini dilakukan dengan meletakkan pensil antara kepala dan daun telinga, dan dibiarkan selama praktikan melakukan percobaan ke 6. Setelah percobaan 6 dilakukan pensil diambil dan disini orang percobaan maka akan dirasakan pensil tersebut masih terasa ditelinga. Hal ini terjadi karena telinga beradaptasi dengan adanya pensil sehingga daun telinga tidak berasa seperti memakai pensil karena beratnya sudah konstan. Hal yang dirasakan oleh orang percobaan yang masih dapat merasakan keberadaan pensil walaupun pensil telah diambil dari telinganya inilah yang disebut sebagai perasaan iringan. Adaptasi perasaan iringan ini dilakukan oleh badan paccini. Mekanisme perasaan iringan terjadi ketika impuls yang diberikan terus beredar dalam rantai neuron daerah yang terangsang, meskipun stimulusnya sudah tidak ada lagi. Adanya adaptasi reseptor terhadap rangsangan benda yang dihasilkan melalui tekanan, getaran dan sifat fisik benda, mengakibatkan kita terbiasa dalam memakai benda tersebut. sehingga pada saat benda di ambil, reseptor-reseptor tersebut memperlihatkan suatu “off reseptor” dan adanya sirkuit reverberasi atau sirkuit bolak balik menyebabkan kita menyadari bahwa benda telah di copot. Sirkuit ini dapat disebabkan oleh adanya umpan balik positif di dalam sirkuit neuron. Umpan balik ini ditujukan untuk merangsang kembali masukan sirkuit yang sama sehingga sirkuit itu dapat mengeluarkan letupan berulang-ulang untuk waktu yang lama. Umpan balik positif ini dapat terjadi apabila suatu neuron memiliki percabangan ke neuron lain yang memiliki percabangan yang menuju kembali ke neuron

sebelumnya. Jadi, pada intinya adanya sirkuit

reverberasi atau sirkuit bolak balik sehingga rangsangan yang telah diteruskan oleh satu neuron kembali lagi kepada neuron tersebut sehingga menimbulkan perasaan iringan (after image ).

7. Bagaimana mekanisme terjadinya perasan iringan? Salah satu sirkuit pada sistem saraf adalah sikuit reverberasi atau sirkuit bolak balik (oscilatory). Sirkuit ini dapat disebabkan oleh adanya umpan balik positif di dalam sirkuit neuron. Umpan balik ini ditujukan untuk merangsang kembali masukan sirkuit yang sama sehingga sirkuit itu dapat mengeluarkan letupan berulang-ulang untuk waktu yang lama. Umpan balik positif ini dapat terjadi apabila suatu neuron memiliki percabangan ke neuron lain yang memiliki percabangan yang menuju kembali ke neuron sebelumnya. Jadi, pada intinya adanya sirkuit reverberasi atau sirkuit bolak balik sehingga rangsangan yang telah diteruskan oleh satu neuron kembali lagi kepada neuron tersebut sehingga menimbulkan perasaan iringan (after image).5

4.2.6 Kemampuan Membedakan Berbagai Sifat Benda Dalam praktikum ini, praktikan melakukan uji coba untuk membedakan sifat benda, mulai dari bentuk, tekstur dan juga jenis atau sifat benda. Dari praktikum ini, OP dapat menyebutkan secara tepat semua benda yang di berikan saat OP menutup matanya. Hal ini, disebabkan karena adanya

reseptor taktil. Impuls taktil kasar

dihantarkan oleh tractus spinothalamicus anterior, sedangkan impuls taktil halus dihantarkan melalui faciculus gracilis dan faciculus cunneatus. Untuk dapat membedakan benda – benda tanpa melihat bentuknya, adalah reseptor kinaesthesi.6 8. Apa nama kelainan neurologis yang diderita orang membuat kesalahan dalam membedakan sifat benda? 

Bentuk: Astereogsia (agnosia taktil),



Berat: baragnosia



Kekasaran permukaan: thigmanesthesia

4.2.7 Tafsiran Sikap Orang percobaan dapat menjawab secara benar yang berarti orang percobaan tersebut adalah normal. Hal tersebut terjadi orang tersebut

memiliki otak yang berfungsi baik sebagai memori, dimana dia dapat menghafal lokasi organ tubuhnya berdasarkan memori jangka panjang yang membuat ingatannya dapat bertahan lama. Hal ini juga terjadi karena orang tersebut memiliki sistem saraf yang berfungsi sebagai pusat koordinasi segala aktivitas tubuh, pusat kesabaran, memory, intelegensi yang baik. Koordinasi gerak tubuh utamanya diatur oleh serebelum (otak kecil). Secara sederhana dapat dikatakan bahwa gangguan utama dari lesi di serebelum ialah adanya dissinergia, yang ditandai kurangnya koordinasi. Artinya bila dilakukan gerakan yang membutuhkan kerjasama antar otot, maka otot-otot ini tidak bekerja sama secara baik, walaupun tidak di dapatkan kelumpuhan. Hal ini terlihat jika pasien berdiri, jalan, membungkuk atau menggerakan anggota badan. Ada 2 hal yang perlu diperhatikan bahwa dissinergia ini, yaitu : gangguan gerakan dan dismetria. Selain itu, cerebellum ikut berpartisipasi dalam mengatur sikap, tonus, mengintegrasikan dan mengkoordinasikan gerakan somatik. Lesi pada serebellum dapat menyebabkan gangguan sikap dan tonus, dissinergia atau gangguan koordinasi gerakan (ataksia). Gerakan menjadi terpecah-pecah, dengan lain perkataan kombinasi gerakan yang seharusnya dilakukkan secara simultan (sinkron) dan harmonis, menjadi terpecah-pecah dan dilakukan satu persatu serta kadang simpang siur. Gejala klinis yang kita dapatkan pada gangguan sereberal ialah adanya: gangguan koordinasi gerakan (ataksia), disdiadokhokinesia, dismetria, tremor intense, disgrafia (makrografia) gangguan sikap, nistagmus, fenomena rebound, asthenia, atonia, dan disartria. Dalam praktikum ketujuh, praktikan melakukan tafsiran sikap. Dimana OP akan menutup mata dan menggerakkan tangan serta jari untuk menunjuk ke arah yang diperintahkan rekan OP. berdasarkan hasil uji coba, OP dapat menunjukkan dan menggerakkan lengan ke arah yang tepat sesuai dengan prosedur dari rekan OP. Hal ini, menunjukkan bahwa koordinasi sistem saraf berjalan dengan baik.

Sebab, gerak merupakan pola koordinasi yang sangat sederhana untuk menjelaskan penghantaran impuls oleh saraf. Seluruh mekanisme gerak yang terjadi di tubuh kita tak lepas dari peranan sistem saraf. Dari hasil percobaan, OP dapat meniru atau mensinkronkan gerakan asisten dengan tangannya: 1.

Telinga

2.

Mulut dan hidung

3.

Alis, mata, dan hidung

4.

Kuping

Seperti yang telah dijelaskan pada teori diatas, jalan dari gerak reflex ini adalah mulai dari stimulus diterima reseptor, kemudian impus tersebut dibawa oleh saraf sensorik menuju sum-sum tulang belakang, kemudian impul dilanjutkan oleh saraf motorik, kemudian diterima oleh efektor maka terjadilah respon/tanggapan. OP dapat melakukan gerakan yang diperintah oleh pemeriksa dengan benar. OP normal dan tidak mengalami gangguan neurologis. 9. Apa nama kelainan neurologis yang diderita orang yang membuat kesalahan dalam melokalisasi tempat-tempat yang diminta? “ Disdiadokokinesia” Koordinasi gerak terutama diatur oleh serebelum (otak kecil). Secara sederhana dapat dikatakan bahwa gangguan utama dari lesi di serebelum ialah adanya dissinergia, yaitu kurangnya koordinasi. Artinya bila dilakukan gerakan yang membutuhkan kerja sama antar otot, maka otot-otot ini tidak bekerja sama secara baik, walaupun tidak di dapatkan kelumpuhan. Hal ini terlhat jika pasien berdiri , jalan, membungkuk atau menggerakan anggota badan. Ada 2 hal yang perlu diperhatikan bahwa dissinergia ini, yaitu : gangguan gerakan dan dismetria. Selain itu, cerebellum ikut berpartisipasi dalam mengatur sikap, tonus, mengintegrasikan dan mengkoordinasikan gerakan somatik. Lesi pada serebellum dapat menyebabkan gangguan sikap dan tonus, dissinergia atau gangguan koordinasi gerakan (ataksia). Gerakan

menjadi terpecah-pecah, dengan lain perkataan kombinasi gerakan yang seharusnya dilakukkan secara simultan (sinkron) dan harmonis, menjadi terpecah-pecah dan dilakukan satu persatu serta kadang simpang siur. Gejala klinis yang kita dapatkan pada gangguan serebelar ialah adanya: gangguan koordinasi gerakan(ataksia), disdiadokhokinesia, dismetria, tremor intense, disgrafia (makrografia) gangguan sikap, nistagmus, fenomena rebound, asthenia, atonia, dan disartria.

BAB V PENUTUP

5.1 Kesimpulan 1.

Kulit dapat membedakan perasaan subjektif panas dan dingin pada karena adanya Korpuskala Ruffini sebagai penerima rangsangan panas dan Korpuskala Krause sebagai rangsangan dingin.

2.

Kulit dapat menetapkan adanya titik titik panas, dingin, tekan, dan nyeri pada kulit karena adanya Korpuskula Meissner sebagai penerima rangsangan sentuhan dan Korpuskula ujung saraf terbuka sebagai penerima rangsangan rasa nyeri.

3.

Mekanoreseptor merupakan reseptor taktil yang berespons terhadap perubahan bentuk dan penekanan fisik.

5.2 Saran 1.

Memperhatikan dan memahami setiap langkah kerja dan perintah pada praktikum agar tidak terjadi kesalahan pada saat mengerjakan.

2.

Memperhatikan kesediaan alat yang sesuai agar hasil yang didapat baik.

DAFTAR PUSTAKA

1. Abdullah. Sistem integumen. Surabaya: Reski Pratama. 2001 2. Fatah, Gatot. Kulit. Jakarta: Breid. 2012 3. Djuanda Adhi. Ilmu Penyakit Kulit Dan Kelamin. Edisi kelima. Jakarta: Balai Penerbit FKUI. 2007 4. Junqueira,L.C. 2003. Histologi Dasar. Ed 10. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC 5. Shidarta, Priguna dan Mahar Mardjono. 2010. Neurologi Klinis Dasar. Jakarta: Penerbit Dian Rakyat 6. Sherwood, L. 2012. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem. Ed 6. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC 7. Tortora,

G.J.

dan

Derrickson,

B.H.

2009.

andPhysiology. Twelfth Edition. Asia: Wiley

Principles

of

Anatomy

LAMPIRAN

Gambar 1. Titik rasa tekan

Gambar 3. Titik rasa panas

Gambar 2. Titik rasa dingin

Gambar 4. Titik rasa nyeri

Gambar5.5.Laporan LaporanSementara Sementara : Gambar Lokalisasi Taktil dan Diskriminiasi Taktil

Gambar 7. Laporan Sementara. Perasaan Iringan dan Kemampuan menafsirkan Benda

Gambar 6. Laporan Sementara : Tafsiran Sikap

Gambar 8. Laporan Sementara. Perasaan Subjektif Panas dan Dingin