LAPORAN PENDAHULUAN DISMENORE

LAPORAN PENDAHULUAN DISMENORE A. Pengertian Dismenore adalah nyeri selama menstruasi yang di sebabkan oleh kejang otot u

Views 311 Downloads 79 File size 192KB

Report DMCA / Copyright

DOWNLOAD FILE

Recommend stories

Citation preview

LAPORAN PENDAHULUAN DISMENORE A. Pengertian Dismenore adalah nyeri selama menstruasi yang di sebabkan oleh kejang otot uterus. Nyeri ini terasa di perut bagian bawah dan atau di daerah bujur sangkar Michaelis . Nyeri dapat terasa sebelum dan sesudah haid. Dapat bersifat kolik atau terus menerus. Nyeri haid yang merupakan suatu gejala dan bukan suatu penyakit. Istilah dismenorea biasa dipakai untuk nyeri haid yang cukup berat dimana penderita mengobati sendiri dengan analgesik atau sampai memeriksakan diri ke dokter. Dismenore adalah nyeri haid yang sedemikian hebatnya, sehingga memaksa penderita untuk istirahat dan meninggalkan pekerjaan atau cara hidup sehari-hari untuk beberapa jam atau beberapa hari. Patofisiologi dismenore sampai saat ini masih belum jelas, tetapi akhir-akhir ini teori prostaglandin banyak digunakan, dikatakan bahwa pada keadaan dismenore kadar prostaglandin meningkat. Kram, nyeri dan ketidaknyamanan lainnya yang dihubungkan dengan menstruasi disebut juga dismenore. Kebanyakan wanita mengalami tingkat kram yang bervariasi; pada beberapa wanita, hal itu muncul dalam bentuk rasa tidak nyaman ringan dan letih, dimana beberapa yang lain menderita rasa sakit yang mampu menghentikan aktifitas sehari-hari. Dismenore dikelompokkan sebagai dismenore primer saat tidak ada sebab yang dapat dikenali dan dismenore sekunder saat ada kelainan jelas yang menyebabkannya. Wanita yang tidak berovulasi cenderung untuk tidak menderita kram menstruasi; hal ini sering terjadi pada mereka yang baru saja mulai menstruasi atau mereka yang menggunakan pil KB. Kelahiran bayi sering merubah gejala-gejala menstruasi seorang wanita, dan sering menjadi lebih baik. Istilah dismenorea atau nyeri haid hanya dipakai jika nyeri haid demikian hebatnya, sehingga memaksa penderita untuk istirahat dan meninggalkan pekerjaannya untuk beberapa jam atau beberapa hari.. B. Klasifikasi Dismenore Dismenore terbagi menjadi 2 , yaitu dismenore primer dan dismenore sekunder : 1. Desminore primer Desminore primer terjadi jika tidak ada penyakit organic, biasanya dari bulan ke-6 sampai tahun ke-2 setelah menarke. Desminore ini seringkali hilang saat berusia 25thn atau setelah wanita hamil dan melahirkan pervaginam. Faktor psikogenik dapat mempengaruhi gejala, tetapi gejala pasti berhubungan dengan ovulasi dan tidak terjadi saat ovulasi disupresi. Selama fase luteal dan aliran menstruasi berikutnya, prostaglandin F2 alfa (PGF2α) disekresi. Pelepasan PGF2α yang berlebihan meningkatkan amplitude dan frekuensi reaksiuterus dan menyebabkan vesospasme arteriol uterus, sehingga menyebabkan iskemia dan kram abdomen bawah yang bersifak siklik. Respon sistemik terhadap PGF2α meliputi nyeri punggung , kelemahan, mengeluarkan keringat, gejala saluran cerna (anoreksia, mual, muntah, diare) dan gejala system saraf pusat (pusing, sinkop, nyeri kepala, dan konsentrasi buruk) Penyebab pelepasan prostaglandin yang berlebihan belum diketahui.

2. Desminore sekunder Desminore sekunder dikaitkan dengan penyakit pelvis organic, seperti endometriosis, penyakit radang pelvis, stenosis serviks, neoplasma ovarium atau uterus dan polip uterus. IUD juga dapat menyebabkan desminore sekunder. Desminore sekunder dapat disalah artikan sebagai desminore primer aatau dapat rancu dengan komplikasi kehamilan dini. Pada kasus pemeriksaan pelvis abnormal dibutuhkan evaluasi selanjutnya untuk menentukan diagnosis. Desminore dapat timbul pada perempuan dengan menometroragia yang meningkat. Evaluasi yang hati-hati harus dilakukan untuk mencari kelainan dalam kavum uteri atau pelvis yang dapat menimbulkan kedua gejala tersebut. Histeroskopi, histerosalpingogram (HSG), sonogram transvaginal (TSV), dan laproskopi, semuanya dapat digunakan untuk evaluasi. Pengobatak ditujukan untuk memperbaiki keadaan yang mendasarinya. C. Etiologi 1. Dismenore Primer Secara umum, nyeri haid timbul akibat kontraksi disritmik miometrium yang menampilkan satu gejala atau lebih, mulai dari nyeri yang ringan sampai berat di perut bagian bawah, bokong, dan nyeri spasmodik di sisi medial paha. Penyebab Dismenore Primer antara lain : a Faktor endokrin Rendahnya kadar progesteron pada akhir fase korpus luteum. Menurut Novak dan Reynolds, hormon progesteron menghambat atau mencegah kontraktilitas uterus b

sedangkan hormon estrogen merangsang kontraktilitas uterus. Kelainan organic Seperti: retrofleksia uterus, hipoplasia uterus, obstruksi kanalis servikalis, mioma

c

submukosum bertangkai, polip endometrium. Faktor kejiwaan atau gangguan psikis Seperti: rasa bersalah, ketakutan seksual, takut hamil, hilangnya tempat berteduh,

d e

konflik dengan kewanitaannya, dan imaturitas. Faktor konstitusi Seperti: anemia, penyakit menahun, dsb dapat memengaruhi timbulnya dismenorea. Faktor alergi Menurut Smith, penyebab alergi adalah toksin haid. Menurut riset, ada asosiasi antara dismenorea dengan urtikaria, migren, dan asma bronkiale.

2. Dismenore sekunder Dismenore sekunder mungkin di sebabkan oleh kondisi berikut : a Endometriosis b Polip atau fibroid uterus c Penyakit radang panggul d Perdarahan uterus disfungsional e Prolaps uterus f Maladaptasi pemakaian AKDR g Produk kontrasepsi yang tertinggal setelah abotus spontan, abortus terauputik, atau, h

melahirkan. Kanker ovarium atau uterus.

D. Pathofisiologi 1 Dismenorea primer Primary Dysmenorrhea biasanya terjadi dalam 6-12 bulan

pertama setelah menarche (haid

pertama) segera setelah siklus ovulasi teratur (regular ovulatory cycle) ditetapkan/ditentukan. Selama menstruasi, sel-sel endometrium yang terkelupas (sloughing endometrial cells) melepaskan prostaglandin, yang menyebabkan iskemia uterus melalui kontraksi miometrium dan vasokonstriksi. Peningkatan kadar prostaglandin telah terbukti ditemukan pada cairan haid (menstrual fluid) pada wanita dengan dismenorea berat (severe dysmenorrhea). Kadar ini memang meningkat terutama selama dua hari pertama menstruasi. Vasopressin juga memiliki peran yang sama. Riset terbaru menunjukkan bahwa patogenesis dismenorea primer adalah karena prostaglandin F2alpha (PGF2alpha), suatu stimulan miometrium yang kuat (a potent myometrial stimulant) dan vasoconstrictor, yang ada di endometrium sekretori. Respon terhadap inhibitor prostaglandin pada pasien dengan dismenorea mendukung pernyataan bahwa dismenorea diperantarai oleh prostaglandin (prostaglandin mediated). Banyak bukti kuat menghubungkan dismenorea dengan kontraksi uterus yang memanjang (prolonged uterine contractions) dan penurunan aliran darah ke miometrium. Kadar prostaglandin yang meningkat ditemukan di cairan endometrium (endometrial fluid) wanita dengan dismenorea dan berhubungan baik dengan derajat nyeri. Peningkatan endometrial prostaglandin sebanyak 3 kali lipat terjadi dari fase folikuler menuju fase luteal, dengan peningkatan lebih lanjut yang terjadi selama menstruasi. Peningkatan prostaglandin di endometrium yang mengikuti penurunan progesterone pada akhir fase luteal menimbulkan peningkatan tonus miometrium dan kontraksi uterus yang berlebihan. Leukotriene juga telah diterima (postulated) untuk mempertinggi sensitivitas nyeri serabut (pain fibers) di uterus. Jumlah leukotriene yang bermakna (significant) telah dipertunjukkan di endometrium wanita dengan dismenorea primer yang tidak berespon terhadap pengobatan dengan antagonis prostaglandin. Hormon pituitari posterior, vasopressin, terlibat pada hipersensitivitas miometrium, mereduksi (mengurangi) aliran darah uterus, dan nyeri (pain) pada penderita dismenorea primer. Peranan vasopressin di endometrium dapat berhubungan dengan sintesis dan pelepasan 2

prostaglandin. Dismenorea Sekunder Dismenorea sekunder (secondary dysmenorrhea) dapat terjadi kapan saja setelah menarche (haid pertama), namun paling sering muncul di usia 20-an atau 30-an, setelah tahun-tahun normal, siklus tanpa nyeri (relatively painless cycles). Peningkatan prostaglandin dapat berperan pada dismenorea sekunder, namun, secara pengertian (by definition), penyakit pelvis yang menyertai (concomitant pelvic pathology) haruslah ada. Penyebab yang umum termasuk: endometriosis, leiomyomata (fibroid), adenomyosis, polip endometrium, chronic pelvic inflammatory disease, dan penggunaan peralatan kontrasepsi atau IUD (intrauterine device). Karim Anton Calis (2006)

mengemukakan sejumlah faktor yang terlibat dalam patogenesis dismenorea sekunder. Kondisi patologis pelvis berikut ini dapat memicu atau mencetuskan dismenorea sekunder : a Endometriosis b Pelvic inflammatory disease c Tumor dan kista ovarium d Oklusi atau stenosis servikal e Adenomyosis f Fibroids g Uterine polyps h Intrauterine adhesions i Congenital malformations (misalnya: bicornate uterus, subseptate uterus) j Intrauterine contraceptive device k Transverse vaginal septum l Pelvic congestion syndrome m Allen-Masters syndrome

Pathway V Fungsi Endokrin

Fungsi Fisologi Persepsi Nyeri Meningkat

Peningkatan produk vasopresin Peningkatan kontraksi uterus Hipoksia dan iskemia jarinagn

Fungsi Abstruksi komalis servik Penumpukan darah hadidn prostaglanidin

Produk Prostaglandin

Gastroistenti nal

Mual, Muntah

Merangsang Pengeluaran netransmiter Kontraksi Uterus/ endometerium

Nutrisi Terjadi hipersentivitas Nyeri Defisiensi Ansietas

utrerus

E. Pemeriksaan Penunjang Pemerikasaan Penunjang Pemeriksaan laboratorium dapat dilakukan untuk menunjang penegakan diagnosa bagi penderita Dismenorea atau mengatasi gejala yang timbul, Pemeriksaan berikut ini dapat dilakukan untuk menyingkirkan penyebab organik dismenorea: 1 Cervical culture untuk menyingkirkan sexually transmitted diseases. 2 Hitung leukosit untuk menyingkirkan infeksi 3 Kadar human chorionic gonadotropin untuk menyingkirkan kehamilan ektopik. 4 Sedimentation rate. 5 Cancer antigen 125 (CA-125) assay: ini memiliki nilai klinis yang terbatas dalam mengevaluasi wanita dengan dismenorea karena nilai prediktif negatifnya yang relatif rendah. 6 Laparoscopy 7 Hysteroscopy 8 Dilatation 9 Curettage 10 Biopsi Endomentrium F. Penatalaksanaan 1 Dismenore primer a Latihan  Latihan moderat, seperti berjalan atau berenang  Latihan menggoyangkan panggul  Latihan dengan posisi lutut di tekukkan ke dada, berbaring telentang atau miring. b Panas  Buli-buli panas atau botol air panas yang di letakkan pada punggung atau abdomen bagian bawah  Mandi air hangat atau sauna c Orgasme yang mampu menegakkan kongesti panggul.(peringatan : hubungan seksual d e f g  

tanpa orgasme, dapat meningkatkan kongesti panggul. Hindari kafein yang dapat meningkatkan pelepasan prostaglandin Pijat daerah punggung, kaki , atau betis. Istirahat Obat-obatan Kontrasepsi oral menghambat ovulasi sehingga meredakan gejala Mirena atau progestasert AKDR dapat mencegah kram.  Obat pilhan adalah ibuprofen, 200-250 mg, diminum peroral setiap 4-12 jam, tergantung dosis, namun tidak melebihi 600 mg dalam 24jam.

 Aleve (natrium naproksen) 200mg juga bisa di minum peroral setiap 6 jam. h Terapi Komplementer i Biofeedback j Akupuntur k Meditasi l Black cohos 2 Dismenore sekunder a PRP PRP termasuk endometritis, salpoingitis, abses tuba ovarium, atau peritonitis panggul. Organisme yang kerap menjadi penyebab meliputi Neisseria Gonnorrhoea dan C. thrachomatis, seperti bakteri gram negative, anaerob, kelompok B streptokokus, dan b

mikoplasmata genital. Lakukan kultur dengan benar. Terapi anti biotic spectrum-luas harus di berikan segera saat diagnosis di tegakkan untuk mencegah kerusakan permanen (mis, adhesi, sterilitas). Rekomendasi dari center for disease control and prevention (CDC) adalah sebagai berikut :  Minum 400 mg oflaksasin per oral 2 kali/hari selama 14 hahri, di tambah 500 mg 

flagyl 2 kali/hari selama 14 hari. Berikan 250mg seftriakson IM 2 g sefoksitin IM, dan 1g probenesid peroral di



tambah 100 mg doksisiklin per oral , 2 kali/ hari selama 14 hari. Untuk kasus yang serius konsultasikan dengan dokter spesialis mengenai kemungkinan pasien di rawat inap untuk di berikan antibiotic pe IV.

ASUHAN KEPERAWATAN DISMENORE A. Pengkajian 1 Biodata klien:

Biodata klien berisi tentang : Nama, Umur, Pendidikan, Pekerjaan, Suku, Agama, Alamat, No. Medical Record, Nama Suami, Umur, Pendidikan, Pekerjaan , Suku, Agama, Alamat, Tanggal 2

Pengkajian. Alasan MRS Keluhan utama : Merasakan nyeri yang berlebihan ketika haid pada bagian perut disertai dengan mual

3

muntah, pusing dan merasakan badan lemas. Riwayat haid Umur menarchi pertama kali, lama haid, jumlah darah yang keluar, konsistensi, siklus haid, hari

4

pertama haid dan terakhir, perkiraan tanggal partus Riwayat Obstetris Berapa kali dilakukan pemeriksaan, hasil laboraturium : USG , darah, urine, keluhan selama kehamilan termasuk situasi emosional dan impresi, upaya mengatasi keluhan, tindakan dan

5

pengobatan yang diperoleh. Riwayat penyakit dahulu Penyakit yang pernah di diderita pada masa lalu, bagaimana cara pengobatan yang dijalani nya, dimana mendapat pertolongan, apakah penyakit tersebut diderita sampai saat ini atau kambuh

berulang – ulang. 6 Riwayat kesehatan keluarga Adakah anggota keluarga yang menderita penyakit seperti yang pasien alami. 7 Pemeriksaan fisik a Pemeriksaan kesadaran klien, BB / TB, tekanan darah, nadi, pernafasan dan suhu b Head To Toe  Rambut : warna rambut, jenis rambut, bau nya, apakah ada luka lesi / lecet  Mata : sklera nya apakah ihterik / tdk, konjungtiva anemis / tidak, apakah palpebra oedema / tidak,bagaimana fungsi penglihatan nya baik / tidak, apakah klien 

menggunakan alat bantu penglihatan / tidak. Pada umu nya ibu hamil konjungtiva anemis Telinga : apakah simetris kiri dan kanan, apakah ada terdapat serumen / tidak, apakah klien menggunakan alt bantu pendengaran / tidak, bagaimana fungsi pendengaran klien



baik / tidak Hidung : apakah klien bernafas dengan cuping hidung / tidak, apakah terdapat serumen



/ tidak, apakah fungsi penciuman klien baik / tidak Mulut dan gigi : bagaimana keadaan mukosa bibir klien, apakah lembab atau kering, keadaan gigi dan gusi apakah ada peradangan dan pendarahan, apakah ada karies gigi / tidak, keadaan lidah klien bersih / tidak, apakah keadaan mulut klien berbau / tidak. Pada ibu hamil pada umum nya berkaries gigi, hal itu disebabkan karena ibu hamil mengalami

 

penurunan kalsium Leher : apakah klien mengalami pembengkakan tyroid Paru – paru I : warna kulit, apakah pengembangan dada nya simetris kiri dan kanan, apakah ada terdapat luka memar / lecet, frekuensi pernafasan nya P : apakah ada teraba massa / tidak , apakah ada teraba pembengkakan / tidak, getaran dinding dada apakah simetris / tidak antara kiri dan kanan P : bunyi Paru





  

A : suara nafas Jantung I : warna kulit, apakah ada luka lesi / lecet, ictus cordis apakah terlihat / tidak P : frekuensi jantung berapa, apakah teraba ictus cordis pada ICS% Midclavikula P : bunyi jantung A : apakah ada suara tambahan / tidak pada jantung klien Abdomen I : keadaan perut, warna nya, apakah ada / tidak luka lesi dan lecet P : tinggi fundus klien, letak bayi, persentase kepala apakah sudah masuk PAP / belum P : bunyi abdomen A : bising usu klien, DJJ janin apakah masih terdengar / tidak Payudara : puting susu klien apakah menonjol / tidak,warna aerola, kondisi mamae, kondisi ASI pasien, apakah sudah mengeluarkan ASI /belum Ekstremitas Atas : warna kulit, apakah ada luka lesi / memar, apakah ada oedema / tidak Bawah : apakah ada luka memar / tidak , apakah oedema / tidak Genitalia : apakah ada varises atau tidak, apakah ada oedema / tidak pada daerah

genitalia klien  Intergumen : warna kulit, keadaan kulit, dan turgor kulit baik / tidak B. Diagnosa Keperawatan 1 Nyeri Akut berhubungan dengan gangguan menstruasi 2 Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi tentang dismenore 3 Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan

C. Intervensi D. Nyeri akut E. Defenisi : pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan yang muncul akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial atau digambarkan dalam hal kerusakan sedemikian rupa ( internatioanal Assotiation for study of pain) : awitan yang tiba-tiba atau lambat dari intesnsitas ringan hingga berat dengan akhir yang dapat antisipasi atau diprediksi dan berlangsung< 6 bulan F. Batasan karakteristik : - Perubahan selera makan - Perubahan tekanan darah - Perubahan frekuensi jantung - Perubahan frekuensi pernafasan - Laporan isyarat - Diaforesis - Perilaku distraksi - Mengekspresikan perilaku - Masker wajah - Sikap melindungi area nyeri - Fokus menyempit - Indikasi nyeri yang dapat diamati - Perubahan posisi untuk menghindari nyeri - Sikap tubuh melindungi - Dilatasi pupil - Melaporkan nyeri secara verbal - Gangguan tidur

 Pain level  Pain control  Comfort level I. Kriteria hasil :  Mampu mengontrol nyeri ( tahu penyebab nyeri, mampu menggunakan teknik nonfarmakologi, untuk menguranggi nyeri, mencari bantuan)  Melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan menggunakan menejemen nyeri  Mampu mengenali nyeri ( skala, intensitas, frekuensi dan tanda nyeri)  Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang

-

-

-

-

-

Lakukan pengkajian nyeri secara konfrensif termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan faktor presipitasi Observasi reaksi nonverbal dan ketidaknyamanan Gunakan komunikasi therapeutik untuk mengetahui pengalaman nyeri pasien Kaji kultur yang mempengaruhi respon nyeri Evaluasi respon nyeri dimasa lampau Evaluasi bersama pasien dengan tim kesehatan lain tentang ketidakefektifan kontrol nyeri masa lampau Bantu pasien dan keluarga untuk mencari dan menemukan dukungan Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri seperti suhu ruangan , pencahayaan dan kebisiangan Kurangi faktor presipitasi nyeri Pilih dan lakukan penanganan nyeri ( farmakologi, nonfarmakologi dan interpersonal) Kaji tipe sumber nyeri untuk menentukan intervensi Ajarkan tentang teknik non farmakologi Berikan analgesik untutk mengurangi nyeri Evaluasi keefektifan kontrol nyeri Tingkatkan istirahat Kolaborasi dengan dokter jika ada keluhan dan tidakan nyeri tidak berhasil Monitor penerimaan pasien tentang

G. Faktor berhubungan : H. Agen cedera (mis; biologis, fisik, zat kimia, psikologi -

M. Defisiensi pengetahuan N. Defenisi: ketiadaan atau defisiensi informasi kognitif yang berkaitan dengan topik tertentu. O. Batasan karakteristik: P. Perilaku hiperbola Q. Ketidakakuratan mengikuti perintah R. Ketidakakuratan melakukan tes

 Knowledge: disease proses  Knowledge : heath behavior AB. Kriteria hasil:  Pasien dan keluarga menyatakan pemahaman tentang penyakit, kondisi, prognosis, dan program pengobatan  Pasien dan keluarga mampu melaksanakan prosedur yang dijelaskan secara benar

-

-

manajemen nyeri J. K. L. Analgesic administration Tentukan lokasi. Karakteristik, kualitas dan derajat nyeri sebelum pemberian obat Cek istruksi dokter tantang jenis obat, dosis, dan frekuensi Cek riwayat alergi Pilih analgesik yang diperlukan atau kombinasi dengan analgesik ketika pemberian lebih dari satu tentukan pilihan analgesik tergantung tipe dan beratnya nyeri Tentukan analgesik pilihan rute pemberian, dan dosis optimal Pilih rute secara IV, Imuntuk pengobatan nyeri secara teratur Monitor vital sign sebelum dan sesudah pemberian analgesik Berikan analgesik tepat waktu terutama saat nyeri hebat Evaluasi efektifitas analgesik tanda dan gejala. AC. Teaching : disease process Berikan penilainan tentang tingkat pengetahuan pasien tentnag proses penyakit yang spesifik Jelaskan patofisiologi dari penyakit dan bagaimana hal ini berhubungan dengan anatomi dan fisologi dengan cara yang tepat

S. Perilaku tidak tepat  Pasien dan keluarga mampu menjelaskan T. Pengungkapan masalah kembali apa yang dijelaskan perawat/tim U. Faktor yang berhubungan : kesehatan lainnya. V. Keterbatasan kognitif W. Salah interprestasi informasi X. Kurang pajanan Y. Kurang minat dalam belajar Z. Kurang dapat mengingat AA. Tidak familiar dengan sumber informasi

-

-

-

-

-

AD. Ansietas  Anxiety Level AE.Definisi : Perasaan tidak nyaman atau  Sosial anxiety level AS. Kriteria Hasil: kekhawatiran yang samar disetai respon 1.  Klien mampu mengidentifikasi dan 2. autonom ( sumber seringkali tidak mengungkapkan gejala cemas spesifik atau tidak diketahui oleh  Mengidentivikasi, mengungkapkan dan 3. individu); perasaan takut yang menunjukan tehnik untuk mengontol cemas. disebabkan oleh antisipasi terhadap

Gambarkan tanda dan gejala yang biasa muncul pada penyakit dengan cara yang tepat Identifikasi kemungkinan penyebab dengan cara yang tepat Sediakan nformasi yang tepat tentang kondisi Hindari jaminan yang kosong Sediakan bagi keluarga atau SO informasi tentang kemajuan pasien dengan cara yang tepat Diskusikan perubahan gaya hidupyang mungkin diperlukan untuk mencegah komplikasi yang muncul dimasa yang akan datang atau proses penggontrolan penyakit Diskusikan pilihan terapi atau penanganan Dorong pasien untuk mengeksplorasi atau mendapatkan second opinion dengan cara yang tepat atau diindikasi Rujuk pasien pada grup atau agensi dikomunitas lokal dengan cara yang tepat Instruksikan pasien mengenai tanda dan gejala untuk melaporkan pada pemberian perawatan kesehatan dengan cara yang tepat. AT. Anxiety Reduction ( Penurunan Kecemasan) Gunakan pendekatan yang menenangkan Nyatakan dengan jelas harapan pelaku pasien Jelaskan semua prosedur dan apa yang dirasakan selama prosedur.

 

bahaya. AF. Batasan karakteristik Perilaku Penurunan produktivitas Gerakan yang relevan Gelisah Melihat sepintas Insomnia Kontak mata yang buruk Mengekspresikan kekhawatiran karena perubahan dalam peristiwa hidup Agitasi Mengintai Tampak waspada Afektif: AG. Gelisa distres AH. Kesedihan yang mendalam AI. Ketakutan AJ. Perasaan tidak adekuat AK. Berfokus pada diri sendiri AL. Peningkatan kewaspadaan AM. Iritabilitas AN. Gugup senang berlebihan AO. Rasa nyeri yang meningkatkan ketidakberdayaan AP. Bingung menyesal AQ. Ragu / tidak percaya diri AR. Khawatir AX. AY. AZ. BA. BB. BC.

 Vital sign dalam batas normal 4. Pahami prespektif pasien terhadap situasi  Postur tubuh, ekspresi wajah, bahasa tubuh stress 5. Temani pasien untuk memberikan dan tingkat aktivitas menunjuikan keamanaan dan mengurangi takut. berkurangnya kecemasan. 6. Dorong keluarga untuk menemani anak. 7. Lakukan back / neck rub 8. Dengarkan dengan penuh perhatian 9. Identivikasi tingkat kecemasan. 10. Bantu pasien mengenai situasi yang menimbulkan kecemasan. 11. Dorong pasien untuk mengungkapkan perasaan. Ketakutan, persepsi. 12. Instruksiksan pasien menggunakan tehnik relaksasi. 13. Beriakn obat untuk mengurangi kecemasan. AU. Relaksation Therapy 14. Jelaskan alasan untuk relaksasi dan manfaat, batas, dan jenis relaksasi yang tersedia. 15. Menciptakan lingkungan yang tenang dengan cahaya redup dan suhu yang senyaman mungkin. 16. Ajak pasien untuk bersantai dan membiarkan sensasi terjadi. 17. Menunjukan dan berlatih tehnik relaksasi dengan pasien. AV. AW.

BD. BE. BF. BG. BH. BI.

BJ. DAFTAR PUSTAKA BK. BL. Judith Wilkinson Ahern.2016.Diagnosa Keperawatan Edisi 9 Nanda Nic Noc. Jakarta : EGC BM. BN. Mitayani. 2009. Asuhan Keperawatan Maternitas.Jakarta: Salemba Medika BO. BP. Nurarif, A. H., & Kusuma, H. (2016). Asuhan Keperwatan Praktis Berdasarkan Penerapan Diagnosa Nanda, Nic, Noc Dalam Berbagai Kasus. Jogjakarta: Mediaction BQ. BR.